SAMARINDA, REDAKSI86.COM – Lima hari telah berlalu namun Ilyas alias Makpong tak juga ditemukan usai dilaporkan hilang di hutan Desa Puan Cepak, Kecamatan Muara Kaman.
Camat Muara Kaman, Barliang mengatakan, pencarian ditunda sementara, lantaran banyak hal-hal di luar nalar yang terjadi selama Tim SAR Gabungan mencari Makpong. Selain itu, kondisi cuaca juga menjadi alasan lain, karena medan jalan di dalam hutan tergenang air.
Barliang dan Ketua Adat Desa Puan Cepak memutuskan untuk melakukan ritual adat atau besawai, agar proses pencarian bisa menemukan titik terang. “Kami sudah mengalami hal-hal tidak sewajarnya, bahasanya di luar dari nalar, ada hal-hal mistis. Kami sudah menelusuri semua pinggir sungai yang ada di hutan sudah dilalui,” kata Barliang kepada awak media, Senin (1/8/2022).
Diungkapkannya, tim di lapangan menemukan sejumlah keanehan yang terjadi. Mulai dari mendengar suara bisikan korban, teriakan, hingga suara kayu yang dipukul-pukul sambil memanggil orang-orang yang mencari Makpong untuk memberi tahu lokasi keberadaannya. Namun demikian, ketika ditelusuri arah suara, tidak ditemukan adanya tanda-tanda keberadaan manusia. “Ada keanehan bisikan, seperti (aku, Makpong) di sini. Ada suaranya, seperti suara mukul-mukul tapi berpindah-pindah. Ada suara woy, tapi didatangi tidak ada,” ungkapnya.
Bahkan, menurut pengakuan sebagian Tim SAR, mereka sering kali secara tiba-tiba merasa linglung saat hendak mulai mencari Makpong. Pikiran mereka seperti dibuat bingung dan melupakan tujuan awal datang ke sana. Bahkan, alat-alat penunjang yang digunakan untuk mencari Makpong di dalam hutan pun tidak dapat berfungsi dengan baik. Contohnya seperti traktor dan GPS.
“Tim SAR kami kalau malam tidak bisa tidur (di pondok), seperti ada mata yang mengawasi. Kita mau melangkah untuk pencarian tapi tiba-tiba berubah seperti orang melamun, dan saya pun merasakan sendiri,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, di hutan tersebut ada sebuah pulau kecil yang bentuknya menyerupi ular. Tim SAR Gabungan merasa hanya berputar-putar saja selama berhari-hari mencari korban. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menunda pencarian dan berencana melakukan besawai.
Dari hasil penyisiran terakhir, Tim SAR Gabungan hanya berhasil menemukan jejak Makpong, berupa puntung rokok dan jebakan burung miliknya. Kata Barliang, Makpong sendiri memang terbilang sudah tua, usianya sekitar 60an tahun. Kondisinya juga terbilang tidak terlalu sehat, karena harus berjalan dengan ditopang tongkat.
Berdasarkan informasi yang diterima Barliang, saat hari kejadian, Makpong sempat menelepon anaknya yang berada di Sulawesi dan mengatakan bahwa ia sudah lelah, tidak kuat lagi berjalan. Makpong juga sempat memberi tahu lokasinya, ia berada di bawah pohon besar di dalam hutan dan tengah bersandar karena kelelahan. “Kemudian anaknya menelepon keluarga di sini, akhirnya berkumpul keluarganya untuk mencari,” ujarnya.
Kemudian, ada cerita lain yang disampaikan Barliang soal hilangnya Makpong. Saat sedang mencari Makpong di tengah hutan, dia mendapatkan telepon dari seorang perempuan yang mengaku mendapatkan pesan melalui mimpi atas hilangnya Makpong. Perempuan itu mengucap melihat informasi hilangnya Makpong melalui Facebook.
Dalam mimpinya, dia melihat bagian kepala Makpong ditutupi dengan sebuah wajan. Sehingga Makpong tidak bisa mendengar ketika dipanggil-panggil. Perempuan itu pun memberikan pesan untuk mencari Makpong sambil membawa dan memukul-mukul wajan tersebut di dalam hutan.
“Cari wajan, pukul-pukul wajan sambil mencarinya. Ada sosok yang menyembunyikan, kita belum tahu (sosok apa) dan tidak berani menanyakan karena posisi sedang di hutan saat itu,” pungkasnya.**
Editor : Mahadi purba
Sumber : Lodya Astagina