Pekanbaru, (Redaksi86.com) – Provinsi Riau merupakan provinsi yang memiliki kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang tak terhingga, mulai dari karet, kelapa, hingga minyak bumi. Kekayaan SDA Riau ini terbukti pada tanggal 9 Agustus 2021 yang bertepatan juga dengan Hari Ulang Tahun Provinsi Riau ke-64, alih kelola Blok Rokan telah beralih dari PT CPI (Chevron Pacific Indonesia) ke PT PHR (Pertamina Hulu Rokan), seluruh media dari tingkat daerah hingga nasional sibuk memberitakan alih kelola Blok Rokan. Tapi, apakah Blok tersebut kado istimewa untuk Riau?
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bahwa Blok Rokan ini merupakan kado istimewa untuk HUT RI ke-74. Bos Inter Milan ini mengatakan bahwa kado istimewa ini merupakan sejarah baru bagi Indonesia, beliau juga berharap para perwira pertamina mampu untuk menaikkan volume produksi migas di Blok Rokan guna kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Memang wajar saja beliau berucap begitu, sebab Blok Rokan ini merupakan ladang minyak strategis di Indonesia. Bayangkan saya, Blok Rokan ini pernah menghasilkan 1 juta barel per hari.
Lain di pusat, lain pula di Riau.
Ketua Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) Dr. drh. Chaidir mengisyaratkan sudah menipisnya harapan rakyat Riau kepada Blok Rokan. Dalam tulisannya beliau menyatakan kurangnya tim alih kelola WK Blok Rokan dalam melibatkan tokoh-tokoh masyarakat lokal merupakan satu PR dalam proses peralihan Blok Rokan dari PT CPI ke PT PHR.
Dalam persoalan ini beliau berpendapat bahwa adanya dua kutub kubu dalam menikmati kue Blok Rokan ini. Kubu pertama adalah pertamina, SKK Migas, PHR, dan pemburu rente yang semestinya mempertahankan produksi Blok Rokan. Kubu kedua adalah rakyat riau yang bermimpi berperan besar dan menikmati kue Blok Rokan. Beliau menyimpulkan bahwa bila kubu pertama mengabaikan kaidah-kaidah umum maka bersiaplah menghadapi konflik yang berkepanjangan. Bagi kubu kedua, jangan terlalu berharap kado istimewa, bangun dari mimpi, dan hadapi kenyataan lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya.
Melihat dua sikap yang berbeda antara tokoh pusat dan lokal, saya sendiri dibuat bingung. Kado istimewa ini semestinya kita nikmati bersama, terkhususnya rakyat Riau. Sudah lebih setengah abad barang mewah ini kita nanti-nantikan. Sudah banyak juga generasi yang gugur dalam proses penantian ini. Tapi, menilik pernyataan tokoh lokal bahwa kurangnya mereka dilibatkan dalam proses peralihan Blok Rokan, saya memiliki kesimpulan bahwa rakyat Riau memang masuk ke mulut buaya. Bangunlah dari mimpi, mari berharap lagi ada kenyataan apa esok hari.**(BIY)
Sumber :Toibul Hadi (Mahasiswa FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta)