PEKANBARU, Redaksi86.com – Teater sebagai sebuah bentuk pertunjukan kerap mengangkat isu-isu sosial. Dalam hal ini teater menjadi corong atas kegelisahan yang terjadi di dunia. Isu-isu kekinian yang merebak bisa jadi akan ditulis dalam naskah-naskah teater. Begitulah adanya hakikat seni sebagai sebuah gerakan kritik atas apa yang terjadi. Dunia hari ini sedang tidak baik-baik saja.
Gaza Monolog digelar Sabtu malam tepat pukul 20.00 WIB (9/12). Puluhan orang telah berkumpul di Rumah Nonblok di Marpoyan Pekanbaru untuk mengikuti gelaran dramatic Reading Gaza Monolog. Mereka telah bersiap untuk melakukan pembacaan naskah monolog dalam aksi solidaritas untuk Palestina. Dalam gerakan yang tersebar di seluruh dunia ini, berfokus pada teater monolog. Indonesia yang kerap ikut menyuarakan perdamaian dunia mesti turut andil ambil bagian menyuarakan suara-suara perdamaian dari anak-anak yang terdampak perang di Gaza.
Berasal dari dampak perang tahun 2010, Kumpulan teks monolog yang dibuat oleh Teater Ashtar bekerja sama dengan para pemikir muda Gaza, menjadi saksi pengalaman mengerikan akan kehilangan, pemboman, dan pengurungan. Sebagai bentuk dukungan yang tak tergoyahkan, pada tanggal 29 November 2023, yang bertepatan dengan Hari Solidaritas Internasional PBB untuk Palestina, mendesak gencatan senjata segera dan diakhirinya penjajahan secara tegas.
Koordinator program Gaza Monolog Riau Ucin mengatakan, “Atas itu semua, Jaringan Teater Riau, Nonblok Ekosistem, Teater Lorong, dan didukung oleh Lab. Teater UIR, Komunitas Jejak Langkah dan pembaca independen lainnya membacakan Monolog Gaza 2010 dengan format dramatic reading. Selain pembacaan sepuluh naskah monolog, juga ada pemutaran film documenter proses produksi serta gagasan terbentuknya program Gaza Mono-Logues”
Hadir pada malam itu membacakan sepuluh nomor naskah dari naskah yang ditulis oleh anak-anak Gaza tahun 2010, antara lain Husin, Junaidi Alwi, Rian Harahap, Adly Bektu, Guntur, Rima, Uci, Fadly, Dimas dan Tasya. Syahdunya pembacaan monolog malam itu ditambah dengan gerimis seolah apa yang terjadi di Gaza terhampar dalam pembacaan monolog oleh aktor-aktor yang hadir. Sebelum pembacaan, diputar sebuah film dokumenter pendek tentang Gaza Monolog oleh Ashtar Teater.
“Riau menjadi tempat pertama di Indonesia yang menyelenggarakan Gaza Monolog dan diharapkan ini akan terus dibacakan di seluruh Indonesia. Untuk di Riau sendiri, pembacaan akan dilakukan bergilir sesuai dengan kemampuan dan improvisasi komunitas masing-masing”, tutup Rian Harahap yang merupakan ketua Jaringan Teater Riau.
Dalam waktu dekat kegiatan serupa akan dilaksanakan di Rumah Sunting dan UKM Batra. Sementara dari daerah lain terus menyusun gerakan Gaza Monolog seiringan dengan kegelisahan hari ini. Gaza Monolog adalah salah satu jalan untuk dunia tahu bahwa di Gaza sedang terjadi genosida kemanusian.**Red